Manusia dan kebudayaan
Manusia adalah makhluk yang
paling sempurna yang telah diciptakan Tuhan di muka bumi ini karena manusia
memiliki akal pikiran yang dapat berkembang. Hal inilah yang menjadi kelebihan
manusia dibandingkan makhluk-makhluk lain yang diciptakan Tuhan di muka bumi.
Namun, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda berdasarkan lingkungan tempat
tinggalnya dan akhirnya manusia memiliki kebutuhan yang sama akan terbentuk
menjadi satu kelompok dengan sendirinya, karena sifat akal manusia yang unik
maka akhirnya setiap kelompok akan membuat suatu ciri khas tersendiri dan
akhirnya berbagai macam budaya pun terbentuk.Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur
oleh Yang Maha Kuasa.
Manusia
Manusia dapat
diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani.4 unsur dalam diri
manusia :
1. Jasad
: Badan yang tampak, dapat diraba, dan menempati ruang dan waktu
2. Hayat
: Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
3. Ruh
: Daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran
4. Nafas
: Dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
Secara Biologi
manusia dikelaskan sebagai
Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia bijak), sebuah spesies primat dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana,
dalam agama, dikaikan dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan bangsa lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
manusia dibedakan antara laki – laki dan perempuan
Manusia dari segi psikologinya merupakan haiwan yang bersosial. Cara bersosial
berbagai-bagai, walaupun tidak disedari oleh kebanyakan manusia, kaedah sosial
manusia sangat kompleks dan lebih maju dari pelbagai aspek dari haiwan yang
paling terdekat kebijakannya dari manusia.
SECARA KEROHANIAN
Bagi kebanyakan manusia,
kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam
konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai "orang manusia"
terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang
kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian.
Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak
sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak
memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak
dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang
dan ditolak oleh lainnya. Juga, yang menjadi perdebatan di antara organisasi
agama adalah mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya
mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya
milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang
diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan
merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa
cara bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.
contoh sistem kerohanian yang dianut oleh manusia
1. Animisme
Animisme adalah kepercayaan bahwa
obyek dan gagasan termasuk hewan, perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau
merupakan ekspresi roh hidup
2. Mistikme
Barangkali merupakan praktik
kerohanian dan pengalaman, tetapi tidak harus bercampur dengan theisme atau
lembaga agama lain yang ada di berbagai masyarakat. Pada dasarnya gerakan
mistik termasuk Vedanta, Yoga, Buddhisme awal (lihat pula Kerajaan manusia),
tradisi memuja Eleusis, perintah mistik Kristiani dan pengkhotbah seperti
Meister Eckhart, dan keislaman Sufisme. Mereka memusatkan pada pengalaman tak
terlukiskan, dan kesatuan dengan supranatural (lihat pencerahan, kekekalan).
Dalam mistikme monotheis, pengalaman mistik memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.
3. Politheisme
Konsep dewa sebagai makhluk yang
sangat kuat kepandaiannya atau supernatural, kebanyakan dikhayalkan sebagai
anthropomorfik atau zoomorfik, yang ingin disembah atau ditentramkan oleh
manusia dan ada sejak permulaan sejarah, dan kemungkinan digambarkan pada
kesenian Zaman Batu pula. Dalam masa sejarah, tatacara pengorbanan berevolusi
menjadi adat agama berhala dipimpin oleh kependetaan (misal: agama Vedik,
(pemraktekan kependetaan berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun telah
mengembangkan teologi monotheis, seperti penyembahan berhala theisme monistik,
Mesir, Yunani, Romawi dan Jerman)
4. Monotheisme
Gagasan dari suatu Tuhan tunggal
yang menggabungkan dan melampaui semua dewa-dewa kecil tampak berdiri sendiri
dalam beberapa kebudayaan, kemungkinan terwujud pertama kali dalam bida’ah / klenik Akhenaten (lebih dikenal sebagai Henotheisme,
tahap umum dalam kemunculan Monotheisme). Konsep dari kebaikan dan kejahatan
dalam sebuah pengertian moral timbul sebagai sebuah konsekuensi Tuhan tunggal
sebagai otoritas mutlak.
Manusia Sebagai Satu Kepribadian
Mengandung Tiga Unsur
· ID,
kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO,
kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID dalam
saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO,
muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara internal dalam diri
individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan
standar-standar moral
Unsur batin manusia ini terdiri dari akal, roh dan nafsu.
Akal kerjanya adalah berpikir, mencari ilmu, mengkaji ilmu, menerima
informasi dan pengalaman. Kemudian dari situ dibuatlah berbagai penilaian dan
kesimpulan.
Roh mampu merasakan berbagai perasaan, seperti marah, suka takut, sedih,
gembira, senang, sayang, cinta, simpati, jijik, dengki, lega dan sebagainya.
Nafsu itu adalah berkeinginan, ada keinginan yang baik , ada pula yang
jahat. Namun demikian sifat asal nafsu adalah mengajak kepada kejahatan. Jika
nafsu ini tidak dididik, maka nafsu ini akan mengantarkan manusia untuk selalu
berbuat kejahatan.
KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat
Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut:
1.Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
o alat-alat
teknologi
o sistem
ekonomi
o keluarga
o kekuasaan
politik
2. Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan
alam sekelilingnya
o organisasi
ekonomi
o alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi
kekuatan (politik)
Tujuh Unsur Kebudayaan
1. Sistem
Religi
Kepercayaan manusia terhadap
adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada
zat yang lebih dan Maha Kuasa.
2. Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
Sistem yang muncul karena
kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling
sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing –
masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
3. Sistem
Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena
setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan
mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.
4. Sistem
Mata Pencaharian Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi.
Terlahir karena manusia memiliki
hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
5. Sistem
Teknologi dan Peralatan.
Sistem yang timbul karena manusia
mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
6. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya
sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi
antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal
seperti bahasa Inggris.
7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik
manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka
sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
Gagasan (Wujud
ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu
berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak
(karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut,
Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi
Cateora, yaitu :
Kebudayaan
material
Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
Lembaga
social
Lembaga
social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu
Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita
tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau
perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
Sistem
kepercayaan
Bagaimana
masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
Estetika
Berhubungan
dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.
Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri.
Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita
sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan
bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan
janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang
arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang
mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Bahasa
Bahasa
merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah,
bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi
bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat
unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu.
Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar
komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati
dari orang lain.
Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya
merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga
dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan
sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku
seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu
menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau
sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena
itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab,
nilai – nilai tersebut
merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa
sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan
di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima
masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok
tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya
manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat
hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia
dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan
berbagai variasi yang berbeda – beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai
hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama
Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu
pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna
mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat
menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10).
Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu
secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup
itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda
ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah
kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive)
semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun,
ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini
berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah
ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang
penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
Masalah
keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang
percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada
yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan
dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas
masyarakatnya.
Masalah
kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini
tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan
dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar
individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat
eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung
untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau
pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic
(kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan
mobilitas social masyarakatnya.
Inti
permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994)
adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan
vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi
dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan
dibuat dan diarahkan kepada masing – masing individu.
Pola
orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang
ideal untuk masing–masingpihak. Dalam kenyataannya
terdapat nuansa atau
variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola
transisional
HUBUNGAN MANUSIA DAN
BUDAYA
Hubungan manusia dengan budaya
sangatlah erat karena dari kata manusia yang artinya ciptaan Tuhan yang berakal
budi yang sangatlah istimewa dari ciptaan Tuhan yang lainnya. Sedangkan Budaya
itu sendiri adalah ciptaan manusia yang berasal dari tingkah laku serta
lingkungan pada kehidupan manusia itu sendiri sehingga terciptalah kata
kebudayaan yang artinya budaya yang diciptakan oleh akal budi manusia, oleh
sebab itu budaya dan manusia tidak bisa dipisahkan.
Tiap
manusia pun bisa tanpa disadari bisa membuat budaya dirinya sendiri, melalui
akal budi mereka sendiri mereka bisa mempengaruhi orang lain disekitarnya,
sehingga dengan seiring waktu berjalan, orang-orang disekitar dia akan memiliki
tingkah laku, sifat dan kebudayaan yang hampir sama dengan dia.
Budaya
manusia itu sendiri berbeda-beda yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
daerah, turun-temurun, tingkat sosial, lingkungan, kemajuan IPTEK dan lain
sebagainya. Hal ini menimbulkan banyaknya tarian, lagu, kebiasaan dan tatanan kehidupan
lainnya di setiap daerah yang berbeda, apalagi seperti di Indonesia yang
memiliki banyak sekali daerah dan bermacam-macam suku. Contoh kebiasaan
berbudaya dalam daerah Manado belum tentu sama dengan kehidupan berbudaya suku
Bugis.
Seiring
berjalannya waktu, kebudayaan yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh manusia
pun semakin berkembang. Perbedaan tingkah laku dan etika berbudaya setiap
manusia terkadang menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Kebanggaan,
kesombongan dan egoisme manusia terhadap kebudayaannya membuat manusia tersebut
bersikap radikal yang arti kasarnya ia melihat bahwa kebudayaan orang lain itu
buruk dan kebudayaannya lah yang terbaik. Berbagai macam konflik kehidupan
manusia yang berlatar belakang budaya seringkali kita temui seperti
diskriminasi dan rasisme terhadap suku tertentu maupun agama tertentu.
Budaya
yang berbeda itu indah, karena kita bisa melihat perbedaan dan bisa mempelajari
kebudayaan orang lain, manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya tidak
jauh dari yang namanya bergaul dengan orang lain, bersosialisme dengan orang
lain, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri, sehingga setiap manusia harus
mempelajari dan bertoleransi terhadap budaya orang lain.
Semakin
banyaknya budaya yang ada di tengah-tengah manusia, konflik yang terjadi
semakin banyak meskipun hanya karena masalah kecil. Kalau manusia yang memiliki
toleransi tinggi, konflik tidak akan terjadi, karena manusia yang berakal budi
baik tentu saja melihat keindahan dalam perbedaan sehingga kedamaian dan
kebersamaan akan tercipta.
Manusia
manusia dibedakan antara laki – laki dan perempuan
Manusia dari segi psikologinya merupakan haiwan yang bersosial. Cara bersosial berbagai-bagai, walaupun tidak disedari oleh kebanyakan manusia, kaedah sosial manusia sangat kompleks dan lebih maju dari pelbagai aspek dari haiwan yang paling terdekat kebijakannya dari manusia.
contoh sistem kerohanian yang dianut oleh manusia
· ID, kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO, kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara internal dalam diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan standar-standar moral
Unsur batin manusia ini terdiri dari akal, roh dan nafsu.
Akal kerjanya adalah berpikir, mencari ilmu, mengkaji ilmu, menerima informasi dan pengalaman. Kemudian dari situ dibuatlah berbagai penilaian dan kesimpulan.
Roh mampu merasakan berbagai perasaan, seperti marah, suka takut, sedih, gembira, senang, sayang, cinta, simpati, jijik, dengki, lega dan sebagainya.
Nafsu itu adalah berkeinginan, ada keinginan yang baik , ada pula yang jahat. Namun demikian sifat asal nafsu adalah mengajak kepada kejahatan. Jika nafsu ini tidak dididik, maka nafsu ini akan mengantarkan manusia untuk selalu berbuat kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar